Senin, 16 April 2012

siklus estrus pada sapi

siklus estrus pada sapi SIKLUS ESTRUS PADA SAPI Siklus estrus adalah siklus kesiapan untuk menerima seks pada Organisme perempuan. Siklus estrus dapat digunakan untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk melakukan IB. Siklus estrus pada tikus dapat dibedakan menjadi 4 stadium yang dapat diterminasi dengan cara analisis preparat apus vagina. Beberapa fase yang dapat dibedakan pada siklus estrus adalah : Proestrus, Estrus, Metestrus dan Diestrus. Sapi Holstein memperlihatkan birahi pertama pada umur rata-rata 37 minggu apabila tingkat nutrisi baik, dan 49 minggu bila nutrisinya sedang, serta 72 minggu bila tingkat nutrisi rendah. Panjang siklus estrus rata-rata 20 hari, dan 21 sampai 22 hari untuk sapi dewasa. Periode estrus pada sapi dapat dinyatakan saat dimana sapi betina siap sedia dinaiki baik oleh betina lain atau pejantan. Periode ini rata-ratanya adalah 18 jam untuk sapi perah ataupun sapi pedaging dan sedikit lebih pendek untuk sapi heifer sekitar 12-24 jam. Ovulasi normal terjadi kira-kira 10-15 jam setelah birahi. Saat perkawinan. Konsepsi masih dapat terjadi pada sapi yang dikawinkan mulai dari 34 jam sebelum ovulasi sampai menjelang 14 jam menjelang ovulasi. Disarankan bahwa spermatozoa harus hadir sekurangnya 6 jam di dalam uteruys sebelum mampu membuahi sebuah ovum. Perdarahan dari vulva sering terjadi pada heifer dan dewasa, satu sampai tiga hari setelah berakhirnya estrus. Sapi Bali betina rata-rata mencapai dewasa kelamin pada umur 18 bulan, dengan siklus estrus rata-rata 18 hari. Sedang pada usia muda berkisar antara 20-21 hari dan 16-23 hari pada sapi bali betina dewasa. Lama masa birahi sangat panjang, yaitu sekitar 16-23 jam dengan masa subur 18-27 jam (Pane, 1977 dalam Murtidjo, 1990). Lama keuntungan sapi bali berkisar 280 – 294 hari, sedang prosentase kebuntingan sebesar 86,56 persen. Tingkat kematian pada saat melahirkan tergolong kecil, yaitu berkisar 3,65 persen. Selain itu persentase kelahiran dari jumlah sapi Bali yang dikawinkan mencapai 83,4 persen. Pada dasarnya tidak banyak jauh berbeda siklus estrus antara sapi eropa dengan sapi lokal indonesia,yang berbeda hanya proses pertumbuhannya yaitu pertambahan berat badan dengan Berat badan sapi janatan dewasa bisa mencapai 1–1,2 ton, dengan tingkat pertumbuhan yang sangat cepat, yaitu rata-rata pertambahan berat badan per hari dapat mencapai 1 -1,2 Kg/ekor/hari. panjang siklus estrus sekitar 21 hari Proestrus Pada pemeriksaan perektal, sapi-sapi yang proestrus terlihat menciri dengan tonus uteri meningkat, tegang, dan teraba melingkar. Servik mengalami relaksasi gradual dan makin banyak mucus yang tebal. Vulva membengkak, keluar leleran jernih transparan. Ovarium pada fase ini akan teraba corpus albikan yang berasal dari korpus luteum yang mengalami atropi, mengecil dan diganti oleh masa yang menyerupai tenunan pengikat. Corpus albikan ini teraba sangat keras dan kecil. Pada fase ini juga akan teraba folikel de graaf yang tumbuh cepat oleh pengaruh FSH, mulai matang dan akan mencapai puncaknya pada fase estrus dan akhirnya folikel tersebut akan mengovulasikan sebuah ovum pada waktu 10-15 jam sesudah akhir estrus Estrus Sapi yang birahi (fase estrus) ditandai dengan adanya kemerahan, kebengkakan dan alat kelamin luar yang hangat, adanya lendir yang kental dan bersih yang menggantung keluar dari alat kelamin dan diikuti dengan tingkah laku homoseksual, suara bengah-bengah pada sapi tersebut. Jika dipalpasi perektal maka uterus terasa kontraksi, tegang, mengeras dengan permukaan tidak rata, cervik relaksasi dan pada ovarium terdapat folikel de graaf yang membesar dan sudah matang. Metestrus Menjelang pertengahan sampai akhir metestrus, uterus menjadi agak lunak karena pengendoran otot uterus. Kontraksi uterus intermitten. Folikel sudah mengalami ovulasi. Ovarium akan teraba cekung karena folikel mengalami ovulasi dan terbentuk korpus luteum baru dengan konsitensi menyerupai jantung. Tiga ekor sapi dalam fase metestrus awal, dimana korpus luteum belum terbentuk dan pada ovarium akan teraba ada cekungan bekas ovum yang sudah diovulasikan dari folikel yang sudah matang. Pada fase ini sekresi mukus vagina berkurang dan epithel karunkula uterus hiperemis. Diestrus Pada fase ini ovarium didominasi oleh korpus luteum yang teraba dengan bentuk permukaan yang tidak rata, menonjol keluar serta konsistensinya agak keras dari korpus luteum pada fase metestrus. Korpus luteum ini tetap sampai hari ke 17 atau 18 dari siklus estrus. Uterus pada fase ini dalam keadaan relak dan servik dalam kondisi mengalami kontriksi. Fase diestrus biasanya diikuti pertumbuhan folikel pertama tapi akhirnya mengalami atresia sedangkan pertumbuhan folikel kedua nantinya akan mengalami ovulasi. Sistem reproduksi memiliki 4 dasar yaitu untuk menghasikan sel telur yang membawa setengah dari sifat genetik keturunan, untuk menyediakan tempat pembuahan selama pemberian nutrisi dan perkembangan fetus dan untuk mekanisme kelahiran. Lokasi sistem reproduksi terletak paralel diatas rektum. Sistem reproduksi dalam terdiri dari ovari, oviduct, dan uterus.Ovari merupakan organ reproduki yang penting. Terdapat dua ovari yaitu sebelah kanan dan kiri. Besarnya sekitar 1,5 inci dengan tebal sekitar 1 inci dan terletak di dalam suatu membran seperti kantungn ovarian bursa. Ovari bertanggung jawab pada sekresi hormon estrogen dan progesterone dan produksi telur yang baik untuk dibuahi. Telur-telur mulai matang di ovari dalam suatu cairan berisi folikel. Pertumbuhan folikel diatur oleh hormon pituitary, yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH). Selanjutnya sel yang mana dibatasi oleh folikel dan dikelilingi sel telur akan mensekresikan estrogen untuk merespon jumlah hormone pituitary hormone lainnya meningkat yaitu Luteinizing Hormone (LH). Jumlah estrogen mencapai maksimum pada saat fase standing heat. Diikuti dengan meningginya LH pada telur yang dilepaskan dari folikel dan ovulasi yang terjadi. Oviduct merupakan tabung panjang yang menghubungkan ovari dengan uterus. Di ujung terdekat ovari, oviduct dilebarkan ke dalam infundibulum. Selama fase estrus, posisi infundibulum mengelilingi ovari untuk menjaga sel telur yang terovulasi di dalam oviduct. Oleh karena itu, di dalam oviduct, sel telur berjalan ke arah uterus (Shearer, 2008). Uterus berbentuk Y terdiri dari kanan dan kiri yang terhuung pada oviduct. Jalan dai kedua tanduknya membentuk tubuh uterus. Uterus berfungsi untuk membawa sel sperma menuju oviduct dan membawa nutrisi dan menyediakan tempat untuk perkembangan janin. Pada anak sapi dinding muskular uterus mempunyai kemampuan untuk ekspulsi pada janin. Dari ke-4 tahap tadi dapat diambil kesimpulan bahwa tanda-tanda sapi yang birahi ialah  Menaiki kawannya dan diam bila dinaiki oleh sapi lain  Nampak gelisah mengeluarkan suara dan melenguh serta nafsu makan berkurang  Sering kencing dan mengeluarkan lender dari vulva  Alat kelamin kelihatan bengkak dan jika diraba terasa panas  DEWASA KELAMIN DAN DEWASA TUBUH Dewasa kelamin yaitu saat dimana alat reproduksi seekor ternak sapi mulai berfungsi dan menghasilkan sel-sel kelamin, sedangkan dewasa tubuh adalah dimana pertumbuhan otot-otot tubuh dari ternak tersebut berkembang dengan baik dan sempurna. Maka pada saat mengawinkan ternak sapi yang baik untuk pertama kalinya adalah pada waktu ternak sapi tersebut sudah dewasa kelamin dan dewasa tubuh yaitu pada umur 15 sampai dengan 18 bulan. Seekor ternak sapi baik yang dara ataupun yang induk disaat menjelang birahi.  MASA BIRAHI Masa birahi adalah saat yang tepat untuk mengawinkan seekor ternak sapi betina. Jarak antara birahi dengan birahi berikutnya dari seekor ternak sapi betina adalah 18-24 hari (rata-rata 21 hari). Sedangakan lamanya birahi berlangsung adalah 1-36 jam dan rata-rata 18 jam.  SAAT MENGAWINKAN Mengawinkan seekor ternak sapi akan berhasil jika dilakukan pada saat birahinya memuncak yaitu pada saat diujung ovulasi dimana saat tersebut sel telur dilepaskan dari folikel. Ovulasi terjadi sekitar 24-30 jam sejak awal birahi & 6-12 jam sesudah birahi berakhir. Saat mengawinkan yang tepat adalah 9 jam sesudah birahi dan 6 jam sesudah birahi berakhir.  LAMA KEBUNTINGAN Lamanya seekor sapi bunting yaitu 275 – 285 hari dan rata-rata 280 hari. Seekor sapi dinyatakan bunting jika sapi tersebut tidak memperlihatkan tanda-tanda birahi lagi pada 21 hari berikutnya sesudah dikawinkan. Tanda-tanda sapi bunting :  Temperamennya tenang dan tidak minta kawin lagi pada saat birahi berikutnya.  Pada umur kebuntingan 5 bulan memperlihatkan tanda-tanda ambing dan perutnya membesar  Pada keadaan bunting tua ditandai dengan adanya gerakkan dari anak didalam perut  MENGAWINKAN KEMBALI SETELAH MELAHIRKAN Sapi yang baru melahirkan akan memperlihatkan tanda-tanda birahi kembali setelah anak sapi tersebut beumur 5 sampai 6 minggu. Pada saat ini perkawinan sebaiknya ditunda dulu karena jaringan alat-alat reproduksinya belum kembali normal. Sapi dapat dikawinkan kembali sebaiknya setelah 60 hari sampai 90 hari setelah melahirkan yatitu pada saat birahi kedua atau birahi ketiga. 1. Proses ovulasi Ovulasi merupakan proses dimana dilepasnyan sel telur (gamet betina) ke tuba fallopi karena selmeluruh nya folikel graafian.Prosesnya dimulai ketika terjadi rangsangan pada hipothalamus mengekresikan GnRH yang kemudian GnRH ni merangsang hipofisa anterior mengekresikan FSH dan LH. Dimana FH ini akan merangsang pertumbuhan folikel dan menghasilkan hormon estrogen yang menimbulkn birahi. Jika estrogen meningkat maka akan memberi umpan balik positif kepada Hipotalamus (FSH dan LH) dalam pematangan folikel Jika folikel tumbuh akan menghasilkan inhibin terhadap hifofisa anterior, folikelpun pecah dan terbentukalah korpus luteum yang akan menghasilkan progesterone . Jika progesterone meningkat akan member umpan balik negatf terhadap hipotalamus yang menghambat FSH dan LH untuk tidak terbentuknya folikel. Pada keadaan tersebut hewan betina sedang bunting dengan melihat hormon progesterone yang tinggi (menjaga kebuntingan). Jika tidak terjadi pembuahan uterus akan mernghasilkan prostatglandin yang melisiskan CL sehingga terbentuk progesterone yang mengakibatkan Hipofisa anterior mengsekresikan hormon FSH dan LH sehinnga terjadi birahi kembali. 2. Perbedaan Folikel Antrum, Preantrum, dan Preovulasi a. Folikel Preantrum, merupakantransportasi dari folikel primordial, ditandai dengan lapisan multiseluler sekeliling vitellus dan terbentuknya membran (zona pellucid) antara oogonium dan sel-sel folikuler dimana ronnga yang masih terbentuk masih kecil dibandingkan antrum. Jumlah folikel preantrum antara 2000 folikel dengan diameter 0,28-8 mm. b. Folikel Antrum, dibatasi oleh banyak lapisan sel folikular yang dikenal dengan membran granulose sehingga folikel tampak besar dan lebih jauh dari cortex ovarium dan diisi oleh suatu cairan jernih (liquor foliculi) yang kaya akan protein dan estrogen. Jumlah folikel 100-400 folikel dengan ukuran diameter 0,29 mm. c. Folikel preovulasi, merupakan struktur terbesar yang berisi cairan yng membengkk keluar permukaan ovary, jumlah folikel ini1-4 folikel dengan diameter 10 mm, folikel terus berkembang dengan cepat sehingga sel granulose kolumnar melebar kea rah luar membentuk corona radiata 3. Pengaruh hipopisektomi terhadap perkembangan folikel Hipopisektomi merupakan mempenhgaruhi pertumbuhan, pada masa fase estrus banyak folikel yang tumbuh, Hipopisektomi akan mempengaruhi kematangan dari folikel tesebut, folikel akan berkembng lebih lambat. Dengan demikian proses ovulasi akan berjalan lambat dan akhirnya mmpengaruhi pembuahan

Sabtu, 17 Maret 2012

SINTESIS PROTEIN

Sintesis Protein Ekspresi gen merupakan proses di mana informasi yang dikode di dalam gen diterjemahkan menjadi urutan asam amino selama sintesis protein. Selama ekspresi gen, informasi genetik ditransfer secara akurat dari DNA melalui RNA untuk menghasilkan polipeptida dari urutan asam amino yang spesifik. Ekspresi gen berupa sintesis protein mencakup proses dua tahap yaitu Transkripsi dan Translasi. A. Transkripsi Transkripsi merupakan sintesis RNA dari salah satu rantai DNA, yaitu rantai cetakan atau sense, sedangkan rantai komplemennya disebut rantai antisense. Rentangan DNA yang ditranskripsi menjadi molekul RNA disebut unit transkripsi. Informasi dari DNA untuk sintesis protein dibawa oleh mRNA. RNA dihasilkan dari aktifitas enzim RNA polimerase. Enzim polimerasi membuka pilinan kedua rantai DNA hingga terpisah dan merangkaikan nukleotida RNA. Enzim RNA polimerase merangkai nukleotida-nukleotida RNA dari arah 5’ ? 3’, saat terjadi perpasangan basa di sepanjang cetakan DNA. Urutan nukleotida spesifik di sepanjang cetakan DNA. Urutan nukleotida spesifik di sepanjang DNA menandai dimana transkripsi suatu gen dimulai dan diakhiri. Transkripsi terdiri dari 3 tahap yaitu: inisiasi (permulaan), elongasi (pemanjangan), terminasi (pengakhiran) rantai mRNA. 1. Inisiasi Daerah DNA di mana RNA polimerase melekat dan mengawali transkripsi disebut sebagai promoter. Suatu promoter menentukan di mana transkripsi dimulai, juga menentukan yang mana dari kedua untai heliks DNA yang digunakan sebagai cetakan. 2. Elongasi Saat RNA bergerak di sepanjang DNA, RNA membuka pilinan heliks ganda DNA, sehingga terbentuklah molekul RNA yang akan lepas dari cetakan DNA-nya. 3. Terminasi Transkripsi berlangsung sampai RNA polimerase mentranskripsi urutan DNA yang disebut terminator. Terminator yang ditranskripsi merupakan suatu urutan RNA yang berfungsi sebagai sinyal terminasi yang sesungguhnya. Pada sel prokariotik, transkripsi biasanya berhenti tepat pada akhir sinyal terminasi; yaitu, polimerase mencapai titik terminasi sambil melepas RNA dan DNA. Sebaliknya, pada sel eukariotik polimerase terus melewati sinyal terminasi, suatu urutan AAUAAA di dalam mRNA. Pada titik yang lebih jauh kira-kira 10 hingga 35 nukleotida, mRNA ini dipotong hingga terlepas dari enzim tersebut. B. Translasi Dalam proses translasi, sel menginterpretasikan suatu pesan genetik dan membentuk protein yang sesuai. Pesan tersebut berupa serangkaian kodon di sepanjang molekul mRNA, interpreternya adalah RNA transfer. Setiap tipe molekul tRNA menghubungkan kodon tRNA tertentu dengan asam amino tertentu. Ketika tiba di ribosom, molekul tRNA membawa asam amino spesifik pada salah satu ujungnya. Pada ujung lainnya terdapat triplet nukleotida yang disebut antikodon, yang berdasarkan aturan pemasangan basa, mengikatkan diri pada kodon komplementer di mRNA. tRNA mentransfer asam amino-asam amino dari sitoplasma ke ribosom. Asosiasi kodon dan antikodon harus didahului oleh pelekatan yang benar antara tRNA dengan asam amino. tRNA yang mengikatkan diri pada kodon mRNA yang menentukan asam amino tertentu, harus membawa hanya asam amino tersebut ke ribosom. Tiap asam amino digabungkan dengan tRNA yang sesuai oleh suatu enzim spesifik yang disebut aminoasil-ARNt sintetase (aminoacyl-tRNA synthetase). Ribosom memudahkan pelekatan yang spesifik antara antikodon tRNA dengan kodon mRNA selama sintesis protein. Sub unit ribosom dibangun oleh protein-protein dan molekul-molekul RNA yang disebut RNA ribosomal. Translasi menjadi tiga tahap (sama seperti pada transkripsi) yaitu inisiasi, elongasi, dan terminasi. Semua tahapan ini memerlukan faktor-faktor protein yang membantu mRNA, tRNA, dan ribosom selama proses translasi. Inisiasi dan elongasi rantai polipeptida juga membutuhkan sejumlah energi. Energi ini disediakan oleh GTP (guanosin triphosphat), suatu molekul yang mirip dengan ATP. 1. Inisiasi Tahap inisiasi dari translasi terjadi dengan adanya mRNA, sebuah tRNA yang memuat asam amino pertama dari polipeptida, dan dua sub unit ribosom. Pertama, sub unit ribosom kecil mengikatkan diri pada mRNA dan tRNA inisiator khusus (lihat gambar). Sub unit ribosom kecil melekat pada tempat tertentu di ujung 5` dari mRNA. Pada arah ke bawah dari tempat pelekatan ribosom sub unit kecil pada mRNA terdapat kodon inisiasi AUG, yang membawa asam amino metionin, melekat pada kodon inisiasi. 2. Elongasi Pada tahap elongasi dari translasi, asam amino – asam amino ditambahkan satu per satu pada asam amino pertama (metionin). Lihat Gambar. Kodon mRNA pada ribosom membentuk ikatan hidrogen dengan antikodon molekul tRNA yang baru masuk yang membawa asam amino yang tepat. Molekul rRNA dari sub unit ribosom besar berfungsi sebagai enzim, yaitu mengkatalisis pembentukan ikatan peptida yang menggabungkan polipeptida yang memanjang ke asam amino yang baru tiba. 3. Terminasi Tahap akhir translasi adalah terminasi (gambar). Elongasi berlanjut hingga kodon stop mencapai ribosom. Triplet basa kodon stop adalah UAA, UAG, dan UGA. Kodon stop tidak mengkode suatu asam amino melainkan bertindak sebagai sinyal untuk menghentikan translasi. Langkah-langkah proses Sintesis Protein Secara garis besar, ADN sebagai bahan genetis mengendalikan sifat individu melalui proses sintesis protein. Ada dua kelompok protein yang dibuat ADN, yaitu protein struktural dan protein katalis. Protein struktural akan membentuk sel, jaringan, dan organ hingga penampakan fisik suatu individu. Inilah yang menyebabkan ciri fisik tiap orang berbeda satu sama lain. Protein katalis akan membentuk enzim dan hormon yang berpengaruh besar terhadap proses metabolisme, dan akhirnya berpengaruh terhadap sifat psikis, emosi, kepribadian, atau kecerdasan seseorang. Proses sintesis protein dapat dibedakan menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah transkripsi yaitu pencetakan ARNd oleh ADN yang berlangsung di dalam inti sel. ARNd inilah yang akan membawa kode genetik dari ADN. Tahap kedua adalah translasi yaitu penerjemahan kode genetik yang dibawa ARNd oleh ARNt. Sebelum saya jelaskan prosesnya, sebaiknya pahami ini: - Langkah sintesis protein - Tempat berlangsung - Perancang jenis protein - Pelaksana proses sintesis - Sumber energi - Bahan sintesis protein - Enzim yang diperlukan untuk transkripsi : Transkripsi dan Translasi : Ribosom : ADN : ARNd, ARNt, dan ARNr : Adenosin Tri Phosphat (ATP) : asam amino : ARN polimerase 1. Transkripsi Langkah transkripsi berlangsung sebagai berikut: 1. Sebagian rantai ADN membuka, kemudian disusul oleh pembentukan rantai ARNd. Rantai ADN yang mencetak ARNd disebut rantai sense/template. Pasangan rantai sense yang tidak mencetak ARNd disebut rantai antisense. 2. Pada rantai sense ADN didapati pasangan tiga basa nitrogen (triplet) yang disebut kodogen. Triplet ini akan mencetak triplet pada rantai ARNd yang disebut kodon. Kodon inilah yang disebut kode genetika yang berfungsi mengkodekan jenis asam amino tertentu yang diperlukan dalam sintesis protein. Selanjutnya boleh dikatakan bahwa ARNd atau kodon itulah yang merupakan kode genetika. Lihat daftar kodon dan asam amino yang dikodekannya di bawah ini. 3. Setelah terbentuk, ARNd keluar dari inti sel melalui pori-pori membran inti menuju ke ribosom dalam sitoplasma. Untuk setiap satu molekul protein yang dibentuk akan selalu dimulai dengan kodon inisiasi atau kodon start yaitu AUG yang mengkodekan asam amino metionin. Jika satu molekul protein telah terbentuk akan selalu diakhiri dengan tanda berupa kodon stop atau kodon terminasi, yaitu UGA, UAA, atau UAG (lihat daftar di atas). Lihat video mengenai transkripsi berikut. Proses transkripsi Konsep penting: Pasangan tiga basa nitrogen disebut triplet. Triplet yang terdapat pada rantai sense ADN yang mencetak ARNd disebut kodogen. Triplet yang terdapat pada ARNd disebut kodon. Triplet yang terdapat pada ARNt disebut antikodon. 2. Translasi Pahami dulu konsep ini: ARNt memiliki triplet yang merupakan pasangan kodon dan disebut antikodon. Setiap ARNt hanya dapat mengikat satu jenis asam amino sesuai yang dikodekan oleh kodon. Jadi dalam translasi terjadi penerjemahan kode genetik yang dibawa ARNd (kodon) oleh ARNt (antikodon) dengan cara ARNt mengikat satu asam amino yang sesuai. Setelah ARNd keluar dari dalam inti, selanjutnya ia bergabung dengan ribosom dalam sitoplasma. Langkah berikutnya adalah penerjemahan kode genetik (kodon) yang dilakukan oleh ARNt. Caranya, ARNt akan mengikat asam amino tertentu sesuai yang dikodekan oleh kodon, lalu membawa asam amino tersebut dan bergabung dengan ARNd yang telah ada di ribosom. Langkah tersebut dilakukan secara bergantian oleh banyak ARNt yang masing-masing mengikat satu jenis asam amino yang lain. Mungkinkah ARNt keliru membawakan jenis asam amino sehingga tidak sesuai dengan kodon? Kecuali terjadi mutasi, kemungkinan hal ini sangat kecil terjadi. Karena setiap ARNt yang membawa asam amino akan berpasangan tepat sama dengan ARNd membentuk pasangan kodon – antikodon. Dengan cara demikian kecil kemungkinan ARNt ‘salah membawa’ asam amino. Setelah asam amino dibawa ARNt bergabung dengan ARNd di ribosom, selanjutnya akan terjadi ikatan antar asam amino membentuk polipeptida. Protein akan terbentuk setelah berlangsung proses polimerisasi. Perhatikan video mengenai proses translasi berikut ini: Proses translasi Simpulan singkat langkah sintesis protein berlangsung sebagai berikut: ADN mencetak ARNd dalam proses transkripsi yang berlangsung di dalam inti. ARNd keluar dari dalam inti bergabung dengan ribosom di sitoplasma. Datang ARNt membawa asam amino yang sesuai dengan kodon. Terjadi ikatan antar asam amino sehingga terbentuk protein. Agar lebih jelas dan bisa membayangkan proses sintesis protein secara keseluruhan, silahkan lihat video animasi berikut ini. Proses sintesis protein Blogger Labels: antisense,sense,antikodon,kodogen,kodon,translasi,transkripsi,Sintesis protein Related Blogs Suka artikel ini? Silahkan jika mau nge-link. Jika artikel ini bermanfaat, dan ingin membantu menyebarkannya, silahkan copy-paste link artikel ini untuk website Anda. Atau bantu saya dengan meng-klik ikon di samping sekali saja untuk merekomendasikan artikel ini ke Google. Terimakasih. Mungkin Anda juga suka baca yang ini: • Materi Genetis : ADN dan ARN • Sistem Pencernaan (1) : Jenis dan Fungsi Bahan Makanan dan Vitamin • Nukleotida : Komponen utama penyusun ADN dan ARN • Bioteknologi (5) : Membuat insulin dengan bantuan E. coli • Sistem Pencernaan (4) : Proses pencernaan makanan • Sistem pencernaan pada ruminansia • Perkembangan baru teori asal-usul kehidupan • Respirasi Sel (Katabolisme) • Produksi ATP : 38 ataukah 36 ? • Struktur Sel Komentar pengunjung BMC via Facebook

http://www.rio-chikara.com/2012/01/cheat-nuklir-empires-and-allies.html